BAU KERINGATMU MASIH DI HIDUNGKU
Kurniawan Abdurahman
Waktu telah membentang jarak,
kita lama tak bersua, kawan!
Tapi aku masih mengenal bau keringatmu
Dan mengingat berapa jerawat di wajahmu,
Yang muncul bila kau sedang jatuh cinta.
Kau datang dengan bahagia di hadapanku
Membawa cerita tentang istri dan anak
Sebagai ladang pengembaraan baru
Mencermati perjalanan cinta
Tapi sebentar,
Masih ingatkah kau pada sepanjang jalan
selepas pandang
yang coba kita ukur sama-sama
Dengan nafas zaman yang tersumbat
Serta kepengapan?
Mungkin kau lupa, karena
Kita sudah lama tak berjumpa, kawan!
Zaman telah membuat kita pangling
Bahkan pada diri sendiri
Tapi aku masih mengenal bau keringatmu
Yang basah di ketiak seragam putih abu
Juga yang menetes di lembar kertas ujian
Karena saat itu, kau dan aku kompak, belajar jadi kriminal
Menyontek habis-habisan
Dan bau keringatmu semakin mengingatkanku pada
Kurikulum yang tak habis-habisnya mendesak kita
Untuk patuh pada Eka Prasetya Panca Karsa
Lalu bermimpilah kita jadi sekrup-sekrup industri
Mengunyah sejarah sebagai hapalan
Bukan sebagai bahan kesadaran
Dalam daftar nilai buku rapor,
merah atau hitam angkanya adalah
Seberapa kita patuh untuk membeli LKS dan buku paket.
Bukan karena kita pintar.
Sebab pintar saat itu adalah penjara
Bagi kreatifitas dan pikiran bebas mencerahkan
Dan kini pada kesempatan yang berbahagia ini,
kita berjumpa lagi, kawan!
Kupetik untukmu gitar yang dulu,
Hingga bersenandunglah mimpi-mimpi dahulu
Dalam irama bincang pertemuan kita
Hari ini.
Sumedang, Oktober 2009