Showing posts with label tokoh. Show all posts
Showing posts with label tokoh. Show all posts

Friday, May 26, 2023

Kisah Cinta Kahlil Gibran #4: "Emilie Michel Datang, Bercinta, lalu Pergi Meninggalkan"

PADA bagian sebelumnya dikisahkan, ada ,wanita yang jadi semacam obat bagi hati Kahlil setelah remuk ditinggal wafat Hala Dhahir, Kembang Desa Besharri, yang jadi Cinta Pertamanya. Wanita berstatus janda itu konon bernama Sulthonah Tabit.

Meski ada silang pendapat di antara pengamat sastra dan fans Kahlil Gibran tentang keberadaan Sulthonah Tabit, itu fakta atau fiksi, tapi yang pasti, sebelum kembali ke Boston, Kahlil telah kehilangan adik bungsunya, yang juga bernama Sulthonah.

 
Lukisan Emilie Michel
Sumber: net

Dikisahkan, pada tahun 1901, Kahlil tiba di Boston. Hati yang remuk redam membuatnya begitu rindu pada ibu dan ketiga saudaranya.

Namun setiba di Boston, ia segera menerima kabar duka. Sulthonah, adik bungsunya ternyata telah tiada. Hati Kahlil semakin berantakan, karena tak lama setelah mendapat kabar itu, Kamila, ibu yang sangat dicintainya juga wafat.

Lantas, belum usai duka akibat kehilangan ibu dan adik bungsunya, Kahlil pun harus kembali larut dalam suasana duka. Betrus, kakaknya, wafat. Sehingga, pada usia yang masih sangat muda, Kahlil Gibran hanya ditemani seorang adiknya, Mariana.

Kematian demi kematian ini mencetak diri GIbran menjadi sosok seniman yang peka terhadap masalah dan penderitaan. Kejadian beruntun yang menyedihkan ini mengantar dirinya ke dunia misteri. Ia suka menyendiri dan hidup asing di tengah kerumunan orang di Kota Boston.

Akhirnya, dengan susah payah, segala keruwetan hidup dan penderitaan batin itu dialihkan ke dalam tulisan dan lukisan. Pada 1904, tulisan pertamanya dimuat di El Muhajir, sebuah surat kabar di Amerika Serikat yang terbit dalam bahasa Arab.

Tahun itu juga, ia nekad mengadakan pameran lukisan di sekolahnya hingga sempat berkenalan dengan seorang guru asal Perancis, bernama Emilie Michel. Wanita ini mengajar di sebuah institut di Boston. Dia jugalah yang akhirnya mendampingi GIbran kala mendalami seni lukis di Perancis.

Kehadiran Emilie Michel sedikit mengisi kekosongan dan luka hati Kahlil. Bunga-bunga cinta mulai tumbuh seiring kebersamaan mereka mendalami urusan lukis melukis. Kahlil menyebut nama "Micheline" sebagai panggilan sayang terhadap Emilie.

Pada mulanya, Micheline - panggilan sayang Emilie Michel - hanya mencintai lelaki Lebanon ini setengah-setengah. Baru setelah dirinya dilukis pada 1908, Micheline mulai serius menyambut CInta Gibran. Beberapa kali GIbran bertandang ke rumah guru seni lukis ini.

Namun akhirnya Kahlil harus kembali merasakan sakitnya putus cinta di tengah jalan. Micheline meninggalkannya, dan kemudian kawin dengan seorang pria Amerika. (bersambung ke bagian 5)

Kisah Cinta Khalil Gibran #3: "Siapakah sebenarnya The Real First Love of Gibran? Hala Dhahir atau Sulthonah Tabit?"

KONON, pasca ditinggal wafat oleh Hala Dhahir, Kahlil Gibran berusaha mengobati luka hati dan kekosongan pasca cinta pertamanya itu kandas.

Saat belajar di Madrasah Al-Hikmah Beirut, ia bertemu dengan seorang janda berusia 22 tahun bernama Sulthonah Tabit. Sejenak, luka hati itu terobati.


 
Beberapa sumber lain yang menelurusi jejak perjalanan cinta sang penyair diketahui bahwa nama Sulthonah Tabit ini disebut-sebut Kahlil dalam suratnya kepada Mary. Dalam surat itu Kahlil bercerita bahwa saat Sulthonah Tabit berparas cantik, menawan, cerdas dan puitis.

Gibran menggambarkan sosok Tabit sebagai sosok perempuan cantik dengan leher panjang dan melengkung, bibir bawahnya berbentuk daun, dan telinganya penuh lekukan.

Keduanya saling mengenal dengan bertukar buku dan catatan pribadi. Sayangnya, Gibran hanya sebentar menjalin kisah romansa dengan Tabit. Karena tidak lama setelah itu, Tabit pun harus menghebmbuskan nafas terakhir.

Dalam buku Gibran’s First Love: The Riddle of Sultana Tabet, dikisahkan, saat Kahlil mengunjungi jenazah Tabit untuk penghormatan terakhir, seorang teman almarhumah memberikan syal sutra, sejumlah perhiasan, dan satu paket berisi 17 surat yang masih disegel yang dialamatkan kepadanya, sebagaimana ditulis dalam

Nah di sini memang jadi ada semacam kisah yang bertentangan. Judul buku itu seolah membantah bahwa Hala Dhhir adalah cinta pertama Kahlil. Tetapi ada kemiripan penggambaraan oleh Kahlil antara sosok Hala Dhahir dengan Sulthonah Tabit, sebagai sosok wanita cantik dan menawan.Demikian halnya dengan takdir kematian yang menimpa keduanya. Hala dan Sulthonah sama-sama membuat Kahlil kehilangan karena takdir kematian.

Lantas, siapakah sebenarnya yang menjadi "First Love" bagi Kahlil GIbran? Hala Dhahir atau Sulthonah Tabit ?

Hingga kini keberadaan sosok Sulthonah Tabit itu sendiri masih teka-teki dan jadi perdebatan para pengamat dan fans Kahlil Gibran. Ada yang menyebut dia adalah adik dari Ayub Tabit, mantan Perdana Menteri dan Presiden Lebanon. Tapi belum cukup bukti yang mengarah hal itu.

Maka muncullah dugaan, Sulthonah Tabit adalah tokoh fiksi dalam surat Kahlil kepada Mary. Atau mungkinkah sebenarnya Sulthonah Tabit itu semacam panggilan sayang atau nama lain bagi Hala Dhahir?

Tapi yang pasti, dengan Luka hati yang menganga setelah Cinta Pertamanya kandas, Kahlil Gibran akhirnya meninggalkan Lebanon, kembali ke Boston Amerika Serikat, pada tahun 1901. Ia sangat merindukan ibu dan ketiga saudaranya. (bersambung ke bagian 4)

Thursday, May 25, 2023

Kisah Cinta Kahlil Gibran #2: "Hala Dhahir, Cinta Pertama yang Menghancurkan Hati Sang Penyair"

HAMPIR semua sarjana dan intelektual di dunia mengenal Kahlil Gibran sebagai novelis, penyair, pelukis, pemikir dan bahkan filsuf besar. Cinta pertamanya bersemi di Desa Besharri, dan tertuju pada seorang kembang desa, bernama Hala Dhahir.

Hala Dhahir, seorang gadis cantik, putri dari sahabat karib ayahnya.

Seperti telah diceritakan pada bagian 1, setelah setahun tinggal di Boston, Kahlil Gibran kembali ke Lebanon, untuk sekolah di madrasah, mendalami bahasa Arab di Beirut. Saat tiba waktu liburan sekolah ia selalu mengunjungi sang aya di Besharri.

Menurut Hamid Ahmad, dari lukisan profil seluruh wanita yang pernah dicintai Kahlil, Hala Dhahir yang paling cantik. Gadis itulah yang membuat Kahlil mabuk kepayang. Pujian dan gambaran atas kecantikan Hala, disebut-sebut dalam novel Kahlil yang paling terkenal, "Sayap-Sayap Patah".

Awal kisahnya seperti percintaan klasik. Kahlil jatuh cinta pada pandangan pertama, saat bersama ayahnya berkunjung ke rumah Hala. Setelah itu, hampir setiap waktu senggang, Kahlil bertandang ke rumah sahabat ayahnya itu, untuk bertemu Hala. 

Untuk mencuri perhatian, dia sering membantu adik-adik Hala mengerjakan PR sekolah. Pada saat-saat seperti itulah, kedua insan sering bertemu pandang dan saling mencurahkan isi hati.

Hala, yang usianya beberapa tahun lebih tua dari Kahlil pun nampaknya tertarik dengan sikap simpatik pemuda itu. Dengan senang hati dia menerima ajakan Kahlil untuk berjalan berdua, menghabiskan waktu, melancong ke hutan-hutan sekitar Desa Beshari di kaki Jabal Urz.

Benih-benih cinta pun terus bersemi. Akarnya mulai merasuk jauh ke dalam kalbu dan mengikat kokoh dalam relung hati Kahlil dan Hala. Mereka berdua menyusuri jalan cinta itu, berbagi dengan mesra.

Tapi cinta tak selamanya berjalan tanpa kabut. Langit di atas Jabal Urz tak selamanya biru. Kahlil tak dapat mengelak dari siksaan batin tatkala hubungan cintanya tak mendapat restu keluarga Hala.

Iskandar Dhahir, kakak laki-laki Hala sempat bertutur kepada Hala, "Aku tidak akan menyetujui anak gembala pemungut pajak petani itu menjadi suamimu,"

Hala memang tak berdaya. Sampai akhirnya ia digaet pemuda pilihan orang tua, persis seperti dikisahkan dalam "Sayap-sayap Patah". Dalam novel itu, tokoh Selma Karamy, sejatinya adalah Hala Dhahir, pujaan hati, cinta Pertama sang penyair.

Meski Hala kemudian ditunangkan, bahkan sudah dinikahkan dengan pemuda desa Besharri pilihan orang tuanya, Kahlil tetap nekad berkunjung ke rumah kekasihnya itu sebulan sekali.

Diajaknya Hala kembali melancong ke hutan-hutan di kaki Jabal Urz, seperti sedia kala, tanpa peduli resiko yang akan terjadi. 

Ya....urusan cinta memang tak bisa seperti matematika. Ia punya logika sendiri, yang sulit dijelaskan dengan nalar.

Dua tahun kisah cinta Kahlil dan Hala itu berlangsung. Sampai kemudian Hala pergi selama-lamanya ke alam baka. Kembang Desa Besharri itu wafat saat melahirkan bayi hasil pernikahan dengan pemuda pilihan orang tuanya.

Hati Kahlil luluh lantak. Hancur berkeping-keping. Kehadiran Hala, sejak pandangan pertama melahirkan hubungan perasaan yang membuat pikiran-pikirannya tergenang oleh renungan-renungan, yang dapat melahirkan kalimat-kalimat lembut. Terkadang pula menghasilkan hentakan-hentakan dahsyat, keras bagaiman prahara, seperti tercermin dalam "Sayap-sayap patah".


Dengan keadaan hati yang remuk redam, Kahlil kemudian kembali ke Boston, Amerika Serikat.  (Bersambung ke bagian 3)

Kisah Cinta Kahlil Gibran #1: "Penyair Romantis yang Kesepian"

SIAPA yang tak mengetahui Kahlil Gibran. Seorang penyair, filsuf, pelukis, dan penulis yang terlahir di tanah Lebanon. Karya-karya tulisnya sangat berpengaruh dalam dunia sastra dan filsafat. Novelnya seperti "Sayap-sayap Patah" dan puisi-puisinya yang terangkum dalam "Sang Nabi" mengguncangkan jagat sastra dunia.

Kahlil Gibran waktu muda

Hingga kini, tak henti dicetak ulang, dan di terjemahkan ke berbagai bahasa dari berbagai belahan dunia. Penikmatnya, bukan hanya para pegiat sastra, tetapi juga masyarakat biasa, terutama mereka yang tengah jatuh cinta.

Hamid Ahmad dalam Majalah "Matra", edisi April 1989 menulis hingga lima halaman tentang bagaimana sosok Kahlil Gibran berproses, sejak lahir hingga wafat, termasuk petualangan cintanya dengan sejumlah wanita cantik yang dicintainya. Tulisan di majalah itu berjudul "Kahlil Gibran, Sepi di Tengah-Tengah Petualangan Cinta.

Berdasarkan tulisan tersebut, di blog ini saya menulis dan merangkai ulang kisah petulangan cinta sang penyair tersebut, menjadi beberapa bagian, sehingga menjadi mudah bagi pembaca blog ini untuk mengetahui dengan siapa saja Kahlil Gibran bercinta, dan mengapa tak ada satu pun dari wanita-wanita yang dicintainya itu menjadi pasangan hidupnya dalam pernikahan.

ANDA PERLU E-BOOK KARYA-KARYA KHALIL GIBRAN ? SILAHKAN ISI FORM KIRIM EMAIL  

***

Sang penyair besar ini terlahir dengan nama Gibran Kahlil Gibran, pada tangal 6 Januari 1883, di sebuah desa bernama Besharri, yang lokasinya di atas Jabal Urz (yang berarti Gunung Padi), sebelah utara Lebanon.

Masa kecilnya seringkali dilewati dengan merenung. Dia kerap menatap pemandangan alami yang terbentang dari atas Jabal Urz. Seringpula, Kahlil kecil berlama-lama duduk sembari melepas pandang ke telaga yang memancarkan air di celah-celah bebatuan.

Ayahnya, bernama Kahlil Gibran bin Saad bin Yusuf bin Gibran, seorang petugas pemungut pajak dari para petani di Desa Besharri. Tapi ayah Kahlil tak kuat menahan godaan korupsi. Dia pernah meringkuk dalam penjara untuk beberapa waktu karena terlibat kasus pemalsuan uang pajak yang dipungutnya dari para petani.

Selain itu, ayah Kahlil dikenal masyarakat desa sebagai seorang peminum dan pemabuk berat. Tapi itu tak menghalangi rasa sayang Kahlil kecil kepadanya. Tak jarang, ayah dan anak yang sama-sama menggunakan nama Kahlil itu melancong, bertamasya keliling desa, menunggang keledai, lalu melihat laut dari puncak Jabal Urz.

Sementara ibunya bernama Kamila binti Khuri Ashofani. Sebelum menikah dengan ayah Kahlil, Kamila adalah seorang janda beranak satu.

Dikisahkan, pada usia 18 tahun Kamila bersikeras ingin menjadi seorang biarawati. Keinginan itu ditentang oleh keluarganya. Maka Kamila pun segera dijodohkan dengan seorang pemuda bernama Abdul Salam. Dari pernikahannya ini, lahir seorang putra bernama Betrus. Lalu keluarga kecil ini kemudian mengembara ke Brazil. Namun tak lama, karena sekitar setahun menetap di Brazil, Abdul Salam meninggal dunia. Kamila pun terpaksa pulang ke Lebanon.

Dengan status sebagai seorang janda anak satu, pada tahun 1877 Kamila menikah lagi. Ia menikahi Kahlil Gibran bin Saad yang usianya lebih muda. Dari pernikahan ini, lahirlah Kahlil Gibran, serta dua adik perempuannya, Marianna, dan Sulthonah.

Tetapi setelah lahir tiga anaknya itu, pernikahan Kamila dengan Kahlil senior, memburuk dan akhirnya berantakan. Keduanya sepakat berpisah. Kamila memutuskan hijrah ke Boston, Amerika Serikat, dengan membawa keempat putera-puterinya, Betrus (18 tahun), Kahlil GIbran (12 tahun) Mariana (9 tahun) dan Sulthonah (8 tahun). Sementara Kahlil senior, tetap di Desa Besharri. Lebanon.

Sebuah rumah kecil di kawasan Pecinan di Kota Boston, Massachusetts, dipilih Kamila dan keempat anaknya untuk tinggal menetap. Dia menjadi Single Mom, berjuang sendirian memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membesarkan anak-anaknya, dengan menenun kain. Marianne dan Sulthonah membantunya. Anak tertuanya, Betrus berdagang kecil-kecilan. Hanya Kahlil Gibran yang meneruskan sekolah.

Setelah setahun tinggal di Boston, Kahlil Gibran pulang ke Lebanon, untuk belajar mendalami bahasa Arab di Beirut. Jika ada waktu liburan sekolah, dia mengunjungi ayahnya di Desa Besharri.

Desa ini tempatnya lahir dan menjalani masa kecil, bermain, menikmati keindahan pemandangan di atas Jabal Urz. Dan di desa ini pula petualangan cintanya dimulai.

Tercatat sejumlah nama wanita cantik yang pernah mendapat puisi-puisi romantis sang penyair hingga jatuh dalam pelukannya, seperti Hala Dhahir, Sulthonah Tabit, Emilie Michel, Marie Khoury, Mary Hisskel, Barbara Young, hingga yang paling terkenal May Ziadah Ilyas.

Tapi, bagi Kahlil Gibran, wanita-wanita cantik yang dipacarinya, lebih merupakan mood booster yang merangsangnya memperoleh ilham bagi karya-karya buku maupun lukisannya. Tidak ada satu pun dari wanita-wanita itu yang berhasil dinikahinya. Konon, karena Khalil selalu mempersonifikasikan para wanita cantik itu dengan sosok Kamila, ibunya. Boleh dikata, Cinta Kahlil kepada ibunya melebihi cintanya kepada mereka. (Bersambung ke bagian 2)