MONUMEN Lingga di tengah alun-alun ini memiliki makna tersendiri bagi rakyat sumedang. Bahkan telah lama ditetapkan menjadi lambang resmi Kabupaten Sumedang.
Monumen itu dibangun oleh Pangeran Stichting, dan didedikasikan untuk Pangeran Aria Soeria Atmadja atas jasa-jasanya.
![]() |
| Gubernur Jenderal Dirk Fock hadir meresmikan Lingga Sumber: Screenshot Film Dokumenter |
Nah, banyak yang mengira Pangeran Stichting itu adalah seorang bangsawan dari negeri belanda. Bahkan masih ada urang sumedang sendiri, yang menyebutnya Pangeran Sicing.. mirip nama bangsa cina..
Padahal Pangeran Stichting itu adalah sebuah lembaga yang terdiri dari belasan orang, salah satunya adalah Raden Sadikin, ayahanda dari Dr. Hasan Sadikin (nama rumah sakit nomor 1 di Jawa Barat), dan Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI Jakarta era 1970-an.
Bagaimana penjelasannya?
Kita mulai dengan membahas tentang Pangeran Aria Soeria Atmadja.
Seperti kita ketahui, Pangeran Aria Soeria Atmadja memerintah di Sumedang Regenschap sejak 31 Januari 1883 – 5 Mei 1919.. Beliau wafat di mekah saat melaksanakan ibadah haji pada 1 Juni 1921.
Di tangan Pangeran Soeria Atmadja itulah Sumedang Regentschap berkembang pesat. Banyak program inovatif yang digagas dan dijalankan oleh Soeria Atmadja di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, peternakan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.
Salah satu inovasinya adalah sistem terasering yang digunakan untuk membuka lahan sawah dan pertanian di dataran tinggi. Maka tentu saja, bukan hanya rakyat sumedang yang menjadi lebih sejahtera. Pemerintah kolonial hindia belanda pun diuntungkan.
Atas jasa-jasanya yang besar itulah sejumlah elit pemerintah kolonial, keluarga besar menak Sumedang, perwakilan swasta, dan perwakilan warga, kemudian berhimpun membentuk semacam kepanitiaan untuk membangun sebuah monumen sebagai "pangeling-ngeling" atau "mengenang" keberadaan Pangeran Aria Soeria Atmadja.
Nah, lembaga kepanitian itulah yang kemudian disebut sebagai "Pangeran Stichting" dan keberadaanya direstui oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dr. Dirk Fock.
Dalam koran "Preanger Bode" disebutkan, Pangeran Stichting adalah;
de vereeniging ter herdenking van de nagedachtenis van pangeran aria soeria atmdjada
yang artinya kira-kira, perkumpulan yang dibentuk untuk memperingati kenangan (mengenang jasa-jasa) pangeran aria soeria atmadja.
![]() |
| Kliping Koran Preanger Bode |
Ada empat belas orang nama yang tercantum sebagai pengurus dan anggota Pangeran Stichting, yaitu
- AJH. Eiken, residen priangan sebagai ketua
- CA. de Munnick, asisten residen sumedang sebagai sekretaris
- I de Vries, pengurus soemedangrische afdeelingsbank, sebagai bendahara
- Tumendang Kusumadilaga, bupati sumedang
- Raden Adipati Wiratanoeningrat, bupati tasikmalaya
- A.J.N Engelenberg, anggota volksraad parlemn
- H.C.H de Bie, inspektur pendidikan
- Dr. H.J. Van Der Schroeff, dokter bangsa belanda
- A.E. Reijnst, ketua perkebunan di sukabumi
- Raden Kartakusuma, wedana tanjungsari
- Mas Hadji Abdulmanan, penghulu tandjongsari,
- Raden Sadikin, guru pertanian pribumi
- Sumadiria, petani/peternak, dari kalangan warga
- Tanumanggala, partikulir atau pengusaha pribumi
Untuk melaksanakan rencan a proyek tersebut, Pangeran Stichting kemudian membentuk semacam tim pelaksana. "Preanger Bode" menuliskan, tim ini melibatkan;
- Raden Adipati Aria Martanegara, mantan bupati Bandoeng.
- J.Z. van dijck, mantan guru di garoet, yang diminta oleh de pangeran stichting untuk merancang desain monumen yang akan dibangun.
- W. H. Elsman, seorang insinyur sipil yang ditugasi penyusunan anggaran sesuai desain yang dibuat oleh van dijck,
- H. Buijs, insinyur dari de techniche hoogeschool te bandung (atau itb sekarang), yang ditugasi sebagai pimpinan pelaksana pembangunan lingga
- dr. C. Kunst, seorang biologist (dokter heewan) dari unsur pemerintah kolonial yang bertanggungjawab atas rancangan model padang rumput di sekitar lingga
Dalam sebuah rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggotanya, Pangeran Stichting kemudian memutuskan pengalokasian dana tersebut sebagai berikut;
- 7000 gulden untuk pembangunan fisik monumen
- 5100 gulden untuk pembangunan taman sekitar monumen (atau alun-alun sumedang)
- 18000 gulden kemudian didepositokan di soemedangrische afdeelingsbank
Nilai anggaran sebesar itu didasarkan atas kajian Van Dijck, Elsman, dan Buijs
Monumen yang direncanakan akhirnya berhasil dibangun dalam waktu sekitar tiga bulan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Drik Fock datang langsung ke Sumedang dan meresmikan lingga pada hari selasa, tanggal 25 april 1922.
Di salah satu permukaan Lingga terdapat pahatan marmer yang antara lain bertuliskan;
Monumen yang direncanakan akhirnya berhasil dibangun dalam waktu sekitar tiga bulan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Drik Fock datang langsung ke Sumedang dan meresmikan lingga pada hari selasa, tanggal 25 april 1922.
Di salah satu permukaan Lingga terdapat pahatan marmer yang antara lain bertuliskan;
ridder van de orde van den nederlandschen leeuw, offidier vande orde van oranje nassau, payung song-song kuning dan dianugerahi bintang mas
(ksatria ordo singa belanda, perwira ordo oranye nassau, payung song-song kuning dan bintang emas. itu semua adalah tanda-tanda jasa yang diterima Pangeran Soeria Atmadja dari Kerajaan Belanda di Den Hag serta Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Batavia.)
Namun pahatan marmer ni telah dicabut saat Linggu itu dipugar pada sekitar tahun 1971.
Bagian dasar bangunan Lingga berbentuk bujur sangkar dan dilengkapi dengan sejumlah anak tangga serta pagar disetiap sisinya. bangunan utamanya semacam kubus yang sedikit melengkung disetiap sudut bagian atasnya.
| Warga berpose di depan Lingga Sumber: Koleksi Sang Kelana, 2011 |
Di dalam bangunan utama ini lingga terdapat sebuah tempat untuk menyimpan barang-barang pusaka peninggalan bupati terdahulu. Lalu bagian atasnya berbentuk kubah setengah lingkaran. kubah lingga ini dapat dibuka dan menjadi akses pengambilan barang-barang yang tersimpan di dalamnya.
Sesepuh sumedang, almarhum Raden Achmad Wiriaatmadja atau Aom ahmad pernah mengatakan bahwa kubah tersebut sempat dibuka. Menurut beliau barang-barang pusaka di dalam Lingga tersebut kemudian dipindahkan ke museum prabu geusan ulun sumedang. Sayang beliau tidak mengatakan kapan kubah lingga itu dibuka. namun dugaan saya, besar kemungkinan saat lingga tersebut dipugar. (^)
Referensi;
Kliping Surat Kabar Preanger bode edisi 16 januari 1922
Dedi Rustandi, "Sekitar Masjid Agung Sumedang", Dinas Arsip Sumedang, 2013
Dokumen Resmi Pembangunan Monumen Lingga



0 Comments:
Post a Comment